Wednesday, April 22, 2015

Suatu hari di Curug Cibeureum



Curug Cibeureum
Bergegas melihat kondisi lalu lintas daerah Puncak yang mulai padat saat akhir pekan, di depan rumah Wa Theo, rombongan lain telah menunggu, maklum sudah sekian lama kami tidak hayujalan lagi, sedang duduk di teras, Pak Uus, Kang Adi, Mas Jiwata, Teh Siska, Neng Agnes, Kang Andi, Kang Elan, disusul Trias, kemudian Om Ricky muncul dengan motornya, tidak lama Wa Theo muncul dari dalam rumah mempersilahkan masuk, sesuai rencana kemarin sore untuk menyegarkan rasa haus akan berpetualang, hari Sabtu ini kami akan berkunjung ke Curug Cibeureum di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, kebetulan teman kami, Kang Dilly ingin kami menyinggahi rumahnya di Cipanas, sekalian menjadi pemandu kami menuju Curug Cibeureum, sambil melihat Pak Uus hilir mudik dengan telepon selularnya karena sedang menunggu mobil sewaan yang telah dipesannya, Kang lallan dan Kang Juni menyebrang jalan disusul Kang Athe ikut berbaur dengan anggota rombongan yang lain.



Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango


Tepat jam Sembilan pagi, mobil sewaan muncul, diikuti bunyi sirene mobil polisi yang sedang membuka satu arah menuju Bandung, lumayan mempermudah perjalanan kami menuju Cipanas, sesampainya di Pasar Cipanas, dengan arahan Kang Andi yang kebetulan putra daerah dengan mudah kami sampai di rumah Kang Dilly, mendung mulai menyelimuti disusul hujan gerimis mulai turun, setelah perbekalan telah siap, kami meluncur menuju kawasan wisata Cibodas, sebelum kami sampai ke tujuan, mobil sempat berhenti di  loket pintu masuk kawasan wisata Cibodas, pemerintah setempat menetapkan tarif Rp. 3.000 per orangnya, itu diluar tarif masuk kebun raya dan taman nasional. 



Sesudah mencari tempat parkir, untuk menuju kawasan Taman Nasional Gunung Gede kami harus berjalan sekitar satu kilo, melewati pintu masuk kawasan wisata Kebun Raya Cibodas, setelah sampai pintu masuk jalan aspal berubah menjadi jalan tangga batu  berundak, sekitar dua ratus meteran akhirnya kami tiba di pos pertama, dipos ini terdapat pusat informasi, tempat beristirahat dan tolite, bergegas Pak Uus menuju loket masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional ini terletak di desa Sindang Laya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. 



Untuk biaya masuknya Rp. 18.500 per orang untuk berwisata tapi sudah termasuk Asuransi, sambil menunggu Pak Uus menyelesaikan pembayaran tiketnya, kami sempat berbincang-bincang soal kondisi jalan menuju Curug Cibeureum dengan Bapak-bapak petugas, menurut beliau, kondisi jalan tangga batu menanjak dan menyarankan menggunakan sepatu, karena bila menggunakan sendal, banyak kejadian pengunjung yang kakinya cidera karena terjatuh di jalan batu yang licin, maklum sebagian dari rombongan dari kami menggunakan sendal....tapi yang penting  hati-hati, eit...jangan lupa baca dulu papan peraturan di pintu masuk.



Setelah menyelesaikan pembayaran, kami melihat papan petunjuk arah, disitu tertera jarak menuju Curug Cibeureum adalah 2,6 Km, hari itu banyak sekali para pendaki yang pergi ke Puncak Gunung Gede atau Pangrango, dengan tas ransel besar-besar, tapi mereka dengan santai menggendongnya, berbeda dengan kami, padahal kami sudah beberapa kali keluar masuk hutan, tapi kali ini, cukup dibuat repot, karena jalan tangga berbatu terus menanjak, sampai mikir ini kapan sampainya, apalagi melihat Pak Uus dan Teh Siska yang tetap semangat, ach....masa kalah sama yang lebih tua, sambil sesekali berhenti, karena kami harus menunggu anggota rombongan lain yang tertinggal di belakang.

Tiba Di Pos ke Dua, kami disuguhi pemandangan sebuah Telaga atau danau yang bernama Telaga Biru, karena telaga ini mempunyai air yang berwarna biru kehijau-hijauan, karena menurut info yang kami baca, didalam telaga ini terdapat ganggang yang membuatnya warna air berubah menjadi warna biru.

Rawa Gayonggong
Jembatan panjang di Rawa Gayonggong
 
Saatnya melanjutkan perjalanan, akhirnya kami akan melewati sebuah jembatan yang terbuat dari beton yang disusun rapi diatas sebuah rawa, rawa tersebut bernama Rawa Gayonggong, Gayonggong sendiri adalah tanaman sejenis rumput, Rawa ini terbentuk dari cekungan bekas kawah yang sudah mati, kemudian terisi air dan ditumbuhi rumput Gayonggong ini, jalur jembatan di rawa ini lumayan panjang, berbelok-belok juga, tapi di sisi kiri dan kanan disediakan tempat istirahat untuk melepas lelah dan menikmati pemandangan yang sangat indah, eit.....konon rawa ini adalah tempat jalajahnya macan tutul.
Istirahat sejenak

Dari jembatan ini jalan berubah kembali menjadi bebatuan, tidak lama kemudian kami sampai di pos ketiga, letaknya disamping jalan pertigaan, kami melihat ke petunjuk arah, arah kiri menjuju lokasi air panas, kandang badak, puncak Gunung Gede dan puncak Gunung Pangrango, sedangkan ke arah kanan ke Curug Cibeureum , tetap semangat.....meskipun Curug belum kelihatan.
Curug Cibeureum









Curug Cidengdeng



















Dari jauh air curug sudah terlihat di balik rimbunnya pepohonan, Curug Cibeureum cukup ramai oleh pengunjung dan ampun...dach.....banyak sampah juga, ada cerita lucu, salah satu rombongan kami, Teh Siska mengeluhkan sepatunya yang jebol dan sol nya mau lepas, padahal masih gress, selain curug Cibeureum sebagai curug utama, terdapat curug dengan dua air terjun lain yang lebih kecil, yaitu Curug Cidendeng dan Curug Cikundul, Curug Cidendeng letaknya ada disebelah kanan, dengan ukuran lebih langsing, sedangkan yang paling kanan adalah Curug Cikundul, lokasi curugnya agak tersembunyi di antara dua tebing, tapi kami tidak bisa mengunjunginya, karena pada saat kami menuju Curug Cikundul, cuaca di sekitar curug turun hujan, jalan yang biasa dilalui menuju curug tertutup luapan air curug yang turun dari Curug Cikundul, dikhawatirkan banjir dadakan, kami pun mengurungkan niat.

Curug Cibeureum dan kedua saudara yang lainnya menurut Bapa penunggu toilet memiliki ketinggian antara 40-50 Meter dan berada di ketinggian 1675 M dari permukaan laut, Nama Cibeureum sendiri berdasarkan penjelasan beliau berasal dari suasana merah di dinding tebing yang ditumbuhi lumut merah yang tumbuh di tebing, bila terkena sinar matahari warna air pun berubah menjadi warna merah, konon Cibeureum berasal dari bahasa sunda yang berarti sungai merah, dan ada juga mitos lain tentang pertapa sakti yang sedang bertapa dan akhirnya menjadi batu di tengah-tengah air curug Cibeureum.
Waktunya makan siang


Tidak terasa menikmati indahnya suasana pegunungan, niat hati ingin mandi merasakan segarnya air Curug, tapi karena kami terlalu siang tiba ke Curug, meskipun kami tinggal di pegunungan, niat kami urungkan.....jujur....airnya dingin banget.....apalagi perut mulai minta diisi, kebetulan Kang Dilly telah mempersiapkan bekal santap siang berupa Nasi liwet beserta keluarganya yang menambah nikmat kami meskipun hujan mulai turun, setelah selesai makan dan bernarsis ria untuk sekedar bukti dokumentasi untuk publikasi di blog atau kenang-kenangan anak cucu kami, kami langsung turun gunung, perjalana turun hanya memakan waktu kurang dari 1 jam lancar tanpa istirahat, terbalik ketika kami menaikinya, pokoknya Curug Cibeureum sangat mantap untuk menjadi tempat rekreasi favorit, apalagi bagi anda yang ingin terus melanjutkan pendakian ke puncak......EIT...ingat.... DILARANG KERAS BUANG SAMPAH SEMBARANGAN....!!!

4 comments:

  1. Replies
    1. Mohon maaf baru dilihat komen nya Mba Mita Diah, wah....suatu kehormatan Mba Mita Diah dari tempat wisata indonesianya di indonesia merah putih.com berkunjung di blog sederhana kami. terima kasih

      Delete
  2. makasih infonyaa..


    Nonton Film Online Subtitle Indonesia Terbaru Download Film Gratis Nonton Movie Serial Tv Drama Korea

    ReplyDelete