Saturday, September 6, 2014

Gunung Padang peninggalan kebudayaan megalitikum di kota Cianjur



Situs Megalitikum Gunung Padang Cianjur
6 September 2014, Sabtu pagi, Menunggu adalah sesuatu hal yang membosankan, dijadwalkan berkumpul jam 7.30 sampai molor jam 9.00, dengan alasan yang “ada-ada aja”, akhirnya kami para penjelajah yang terdiri dari Kang Elan, Pak Deny, Mas Jiwata, Kang N~ces, Bang Hendri, Pak Nurodin dan Trias, berangkat juga menuju Cianjur, kebetulan kami sudah janjian dengan sisa rombongan disana yaitu Kang Robi dan Kang Dily, dengan tujuan, mengunjungi situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara, yaitu Gunung Padang.
Perjalanan menuju Gunung Padang

Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunung padang dan Panggulan,Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. untuk menuju Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan pasar Warung Kondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi.  Tapi kami melalui jalan lain yaitu jalan stasiun kereta api lampegan, sekitar 17 Km dari jalan raya Cianjur-Sukabumi, dari arah stasiun kami harus menempuh lagi sekitar 7 Km untuk sampai dilokasi situs, bila ada yang ingin menggunakan transportasi kereta api, inilah pilihan yang tepat, tapi ketika sesampai di stasiun, kita harus menggunakan Ojek.





Dengan mengendarai tiga buah motor matik dan satu motor koopling, perjalanan kami dimulai, dari melewati jalan raya puncak, menjemput sisa rombongan di Cipanas dan Karang tengah kabupaten Cianjur , berkelok-kelok menikmati jalan sepanjang perkebunan teh Lampegan menuju situs.


Tepat adzan Dzuhur, kami sampai di pintu gerbang situs, waktunya shalat Dzuhur dulu, untuk masalah ibadah kami tetap ingat…kho….disini kita mesti membayar Rp.2000, dengan alasan parkir, padahal dari pintu gerbang utama perjalanan masih harus dilanjutkan, padahal dah siap-siap liat situs, oke dech…naik motor lagi….
Gerbang Utama Situs Megalitikum Gunung Padang
Melewati hamparan perkebunan teh, perbukitan batu tempat situs berada sudah terlihat, menginjakkan kaki di pelataran parkiran resmi, loket masuk sudah tampak, hanya membayar Rp.2000 saja, akhirnya kami sampai juga di situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara. Dengan disuguhi tangga batu curam….wuuuiiihhhh….perlu tenaga extra untuk sampai ke puncak, ditambah takjub, perbukitan balok-balok batu yang tersusun, Subhanallah, apakah ini buatan tangan manusia??, ini membuktikan bahwa di Gunung Padang pernah ada peradaban manusia yang sangat maju. Jangan lupa nasis untuk kenang-kenangan.
Tangga menuju Gunung Padang
Sesampai di puncak bukit, tambah bengong…, melihat tumpukan balok-balok batu berserakan dimana-mana, berbincang-bincang dengan Bapak Pemandu, diceritakan alkisah bahwa Prabu Siliwangi dan pasukannya ingin membangun istana hanya dengan waktu semalam, dengan mengerahkan pasukannya untuk mengumpulkan batu, tapi karena malam cepat berlalu, fajar muncul di cakrawala, sehingga menggagalkan usaha Prabu Siliwangi, kemudian beliau meninggalkan bukit tersebut dengan batu dibiarkan berserakan belum selesai, sehingga bukit tersebut dinamakan Gunung Padang yang berarti “Padang” atau terang. Sehingga sampai dengan saat ini, situs Gunung Padang dianggap tempat keramat oleh penduduk sekitar, terutama sering dilakukan pemujaan oleh penganut agama asli Sunda Kuno.




























Saat ngobrol dengan Pemandu, Keberadaan situs ini pertama kali muncul dalam laporan Buletin Dinas Kepurbakalaan, tahun 1914, selanjutnya dilaporkan oleh sejarawan kebangsaan Belanda NJ Krom tahun 1949. pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal pembinaan dan penelitian benda cagar budaya yaitu penilik kebudayaan setempat disusul oleh ditlinbinjarah dan Pulit Arkenas melakukan peninjauan ke lokasi situs mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun sebanyak 5 teras dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung GedeDengan Luas bangunan balok batu kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dari permukaan laut, dan areal situs ini sekitar 3 hektar, sehingga menjadikannya punden berundak  terbesar di Asia Tenggara.























Menariknya hasil uji karbon pada laboratorium Miami, di Florida AS, menerangkan bahwa contoh tanah yang didapat dari pengeboran pada kedalaman 5 meter sampai dengan 12 meter berusia 14.500-25.000 tahun, jadi lebih tua dari usia piramida Giza, Mesir. Dari penelitian tersebut Situs ini, bisa katakan Indonesia, tepatnya daerah Jawa Barat, bisa menjadi bukti peradaban tertua manusia  di dunia.

















Di area lokasi batu berserakan terdapat beberapa peninggalan seperti di teras pertama ada Batu Gamelan atau Batu Musik yang bila kita pukul akan mengeluarkan nada mirip suara gamelan, kemudian Gunung Masigit, terdapat kumpulan batu yang membentuk sebuah bukit, dengan posisi batu yang saling tumpang tindih tidak beraturan,
Gunung Masigit
Batu Gamelan













di teras kedua terdapat Batu Tapak Maung, terlihat jelas telapak maung atau bekas jejak harimau pada permukaan batu, di teras ketiga ada Batu Tapak Kujang, terlihat seperti bentuk Kujang di permukaan batu,


Batu Tapak Maung
Batu Tapak Kujang























Di teras ke Empat terdapat lokasi Batu Gendong, konon sebagai simbol kekuatan karena di lokasi ini terdapat sebuah batu yang bila diangkat doanya akan terkabul,
Lokasi Batu Gendong
Dan diteras ke lima, ada Batu Singgasana, tempat duduknya Raja atau ketua pada saat pertemuan, posisi nya terletak pada teras paling atas. itulah sebagian dari beberapa peninggalan yang ada di Gunung Padang
Batu Singgasana
Puas melihat tumpukan batu disana-sini, dan dikhawatirkan hujan turun, karena suasana situs sudah mulaimendung, ditambah perut sudah tidak bisa kompromi, setelah waktu Ashar kami turun gunung. mudah-mudahan kita tetap melestarikan dan menjaga segala macam peninggalan leluhur kita, untuk menjadi pengingat dari mana asal mula kita.
Pelataran Gunung Padang
Jalan Keluar Situs



No comments:

Post a Comment