Saturday, December 20, 2014

Curug Hulu Cibulao, air terjun menakjubkan dari gunung Paseban Megamendung Bogor


Curug Hulu Cibulao Megamendung Bogor
20 Desember 2014, Malam Sabtu berharap cemas, ketika mendengar pesan singkat di group, dari Om Echa Pethol, yang memberitahu bahwa menurut penjaga pintu air Curug Panjang, sungai paseban sedang mengalami banjir bandang besar, mengapa cemas, karena besok Sabtu pagi kami akan mengunjungi salah satu air terjun yang dilewati aliran air sungai tersebut, tetap optimis berdoa besok pagi cuaca Sabtu pagi akan cerah, Curug Cibulao kami datang.



Leuwi atau cekungan air di Curug Hulu Cibulao
Setelah mengumpulkan rombongan dan berkumpul di tempat biasa, Rumah pak Teo, satu persatu rombongan yang akan ikut berdatangan, sebelum berangkat saatnya cari makan dulu, jaga-jaga karena takut dilokasi tidak ada yang berjualan makanan, kebetulan salah satu rombongan kami kang Athe Stradlin, berulang tahun, alhasil acara traktiran pun datang, diwakili kang Elan dan Trias, keduanya pun meluncur menuju warung nasi Ibad, memesan 12 nasi bungkus berikut temannya yang mengandung protein hewani, siap mengisi perut kami pada makan siang nanti, saat kembali anggota rombongan kami telah lengkap, pak UUs, Kang Yayan, Pak Teo, Jiwata, Chaze, Kang Janu, Riki dan Kang Dinar, tepat jam 8 pagi kami berangkat.


Saat berangkat tadinya kami akan menggunakan angkot, tapi karena kondisi jalur Puncak, yang sedang tutup satu arah menuju Bandung, niat pun diurungkan, alhasil tunggangan rombongan kami yang dipergunakan, untuk rute, karena sedang sejalur kearah Bandung, untuk menuju lokasi, dari jalan raya Puncak, menuju jalan alternatif desa Batulayang, setelah menemui perduan jalan, belok kesebelah kanan, karena ke sebelah kiri menuju Pasar Cisarua, setelah belok kanan, terus menuju jalan alternative Cipayung melewati desa Jogjogan, sebelum sampai di jalan raya Puncak Cipayung, belok kesebelah kanan ke Gang Pesantren, dari sini kita akan disuguhi jalanan menanjak melewati perbukitan dengan disuguhi pemandangan perkebunan milik warga dan hutan pinus, sebenarnya kami bisa melalui jalur resmi dari pintu masuk Curug Panjang Megamendung, tapi memutar dan menambah waktu tempuh perjalanan kami, yang notabene kami warga Cisarua, ssssstttttt...ini diibaratkan lewat jalan belakang, kami menyarankan bila anda ingin mengunjungi Curug Hulu Cibulao pergunakan jalan resmi melalui Curug Panjang, dan meminta bantuan pemandu dari pihak pengelola atau warga setempat yang berpengalaman, karena menurut cerita setempat, Curug Hulu Cibulao pernah memakan korban jiwa.






















Dengan dipandu Kang Chaze, Setelah memasuki perbukitan Paseban, menemui perduaan jalan, jalan sebelah kiri ke bawah menuju Curug Panjang melalui pintu belakang, kita memilih kesebelah kanan menanjak, benar saja jalan terus menanjak, sampai-sampai sebagian tunggangan rombongan kami “ngeden” jalan ditempat, tumpangan nya pun sampai turun ikut mendorong. Jalan terus menanjak melewati jalan berbatu dan jembatan yang terbuat dari kayu, “antik”, setelah sampai di depan mesjid Jami Miptahul Jannah, tepat jam 9 lewat 11 pagi, kami sampai di lokasi Curug, padahal biasanya 2-3 jam kami harus berjalan kaki, mungkin karena sekarang kami hanya berjalan kaki sebentar selebihnya menggunakan kendaraan bermotor.stelah  kami menitipkan tunggangan kami di sebuah warung dan diterima dengan ramah oleh ibu pemilik warung, dari sini kami harus berjalan melalui perkebunan milik warga dan perkarangan sebuah villa, saat melewati jalan setapak disisi tebing, harus hati-hati apalagi bila malamnya hujan sangat licin, karena kontur tanah tidak stabil, mudah longsor, tapi semua itu terbayarkan setelah dari kejauhan Curug Cibulao sudah makin terlihat jelas.

Curug Hulu Cibulao ketiga
Curug Hulu Cibulao
Kedua dan  Pertama






















Curug Cibulao, dengan nama asli sebenarnya menurut warga sekitar adalah Curug Hulu, mungkin diberi julukan Curug Hulu karena sebagai awal atau hulu sumber air bagi warga sekitar di aliran sungai paseban dan untuk nama Cibulao karena airnya kebiru-biruan mirip warna biru bulao, Curug ini terletak di Gunung Paseban, dengan pemandangan leuwi atau cekungan air  yang sangat jernih berwarna hijau kebiru-biruan, curug ini mempunyai tiga buah air terjun, curug ketiga sangat pendek, keindahan sebenarnya ada di curug kedua dan pertama yang cukup tinggi, tapi untuk menuju curug kedua dan pertama, anda harus berenang melewati leuwi atau cekungan curug ketiga terlebih dahulu, memang sudah disediakan tali tambang sebagai pegangan saat berenang melewatinya, tapi disarankan “jangan” karena bisa dibilang tidak mungkin anda anda menuju curug ke dua dan pertama, kondisi medan sangat sulit, untuk melihat bisa setelah anda berenang. Karena bila dari Curug ketiga untuk melihat curug ke dua dan pertama terhalang dan tersembunyi dibelakang bebatuan tebing, Tapi hati-hati pada saat berenang karena debit air sangat deras dan leuwi atau cekungan air sangat dalam, boro-boro anda yang tidak bisa berenang, anda yang  mahir berenang pun, harus ekstra lebih nyali untuk melewatinya.
Curug Hulu Cibulao Megamendung Bogor


Jalan menuju Curug Cibulao


Pak Teo, Kang Janu, Riki, Mas Jiwata, Chaze, Kang Athe, Kang Yayan berhasil berenang sambil merayap di seutas tali tambang yang dipegang oleh Pak Uus saat melewati dalamnya leuwi, Saat sebagian dari rombongan kami melewatinya, hampir saja ada yang terbawa arus air, lucunya saat kami ingin mengabadikan foto di Curug kedua dan pertama, mas Jiwata, membawa handphone milik Kang Dinar dan Kang Yayan, dibungkus menggunakan plastik kresek bening, agar tidak kemasukan air, dengan mudah Mas Jiwata berenang merayap di  seutas tali tambang yang telah disediakan, tetapi sesaat mengambil dari kantung celananya, ternyata plastik bolong, alhasil handphone milik kang Dinar dan kang Yayan menjadi korban, mati….hi…hi….akhirnya mas Jiwata meminta dibawakan handphone miliknya, karena tidak mungkin dilempar takut hilang terbawa arus air, dengan sigap kang Yayan sambil menggigit plastik berisi handphone milik mas Jiwata berenang membelakangi arus air sambil merayapi tali tambang, dan terbukti berhasil, maklum beliau seorang pelaut, yang telah berpengalaman makan asam garam dunia air.


Tali yang dipergunakan
untuk berenang

Pemandangan dari Curug Hulu Cibulao kedua
Berulang kali sebagian dari kami yang bernyali  berenang menyebrangi leuwi, langsung loncat dari tebingnya, tenggelam, timbul dipermukaan, sungguh mengasyikan untuk yang bisa berenang, kalo yang ngga bisa, nonton aja dah…sedang asyik-asyiknya menikmati suasana curug, tiba-tiba cuaca yang tadinya terang benderang, menjadi mendung, akhirnya hujan turun, dengan tergesa-gesa kami naik kembali keatas menuju sebuah gubuk, rencana kami untuk makan di bibir leuwi musnah karena ditakutkan banjir bandang yang sering tiba-tiba datang. Sambil berganti pakaian basah dengan yang kering, makan siang traktiran kang Athe yang kami tadi beli siap disantap, sambil merayakan hari ulang tahun Kang Athe Stradlin yang sebenarnya sudah lewat, tapi menjadi suasana yang “amazing”banget.
Terima kasih Kang Athe Stradlin atas traktirannya….Selamat Ulang Tahun.
"Saung" tempat istirahat di Curug Hulu Cibulao
Waktunya menikmati makan siang di Curug Hulu Cibulao
Santap siang "traktiran Kang Athe"
Mesjid Jami Miptahul Jannah Curug  Hulu Cibulao
"Dilarang buang
sampah sembarangan"
Perjalanan pulang dari Curug Hulu Cibulao






















Saran kami bila anda ingin mengunjungi Curug Hulu Cibulao, mintalah peduduk setempat sebagai pemandu, jangan dipaksakan bila anda ingin berenang di leuwi Curug Hulu Cibulao, ingat kondisi arus air yang deras dan dalamnya leuwi atau cekungan, dan hati-hati bila hujan turun bila anda masih berada di sekitar Curug, karena dikhwatirkan air banjir akan datang.
Apalagi “DILARANG BUANG SAMPAH SEMBARANGAN” OK.







Saturday, December 6, 2014

Leuwi Hejo, Wisata seru dari Curug Bengkok Babakan Madang Kabupaten Bogor


Leuwi Hejo
6 Desember 2014, Akhirnya waktu yang ditunggu tiba, tergoda melihat foto yang diperlihatkan oleh kang Elan, pelesir ke Curug Bengkok , dengan nama lebih terkenal yaitu Leuwi Hejo dapat terwujud, sebenarnya rencana awal bulan akan mengunjungi Wisata Purbakala Sang Hyang Tikoro di Komplek PLTA Saguling Bandung Barat, tapi mengingat jaraknya yang lumayan jauh, akhinya ditangguhkan. Sambil mengumpulkan massa pendukung, memastikan siapa yang akan berpartisipasi kali ini, akhirnya bisa terkumpul 12 orang yang sangat pasti akan ikut yaitu Pak Uus, Pak Endang, Kang Yayan, lallan, Juni, Elan, Intan, Tia, Lia, Anissa, Trias dan Mulyana, untuk transportasi cukup menggunakan angkot empunya Om Aim.
Leuwi Hejo Babakan Madang Kabupaten Bogor


Setengah tujuh pagi, jam berkumpul telah ditentukan sambil mengambil pesanan ransum makan siang dari depo ayam bakar Latansa milik Kang Arman dan menunggu anggota rombongan yang lain, sedikit berharap cemas menghadapi lalu lintas jalur Puncak yang selalu buka tutup jalan, berangkat………meskipun geser-geser dikit didalam angkot, maaf agak sempit yach… kami meluncur juga, menuju Megamendung menjemput Kang Mulyana yang konon dari jam 5 pagi sudah menunggu dipinggir jalan.




Jembatan antik menuju Leuwi Hejo
Leuwi Hejo, Satu lagi kawasan wisata alam yang keren banget dari Jawa Barat, yang letaknya berada di Kp. Wangun Cileungsi, Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten  Bogor, sebenarnya tidak menyangka ada kawasan wisata alam di daerah yang nota bene dekat dengan kawasan perumahan elite Sentul, setengah tidak percaya, berbekal penasaran dan tidak tahu jalan, rombongan kami memasuki lingkar luar tol jagorawi menuju sentul, sebenarnya kami bisa saja melewati jalan pintas melalui Desa Pasir Angin Gunung Geulis, tapi Om Aim berkata lain, terlalu muter….. 




Selamat datang di Leuwi Hejo
Sesampai di mall Bellanova, perjalanan dilanjutkan menuju jalan perumahan Sentul City, sesampai di pool bis Sentul City kami belok kiri ke jalan menuju Gunung Pancar Babakan Madang, setelah sampai di objek wisata Jungle Land, ada pertigaan jalan, ke kiri menuju Jungle Land, Ke Kanan menuju Perumahan Sentul City, kita ambil jalan yang tengah, itu pun setelah tiga kali bertanya ke setiap orang yang ditemui dijalan, “terus aja mas pake jalan ini…..nanti ada dua jalan, ke kanan ke Pemandian air panas Gunung Pancar, Mas ambil ke kiri aja…..terus……itu jalannya”.


Pemandangan jalan menuju Leuwi Hejo
Sebenarnya selama perjalanan, kami menemui beberapa objek wisata alam seperti Gua Garunggang, Pemandian air panas Gunung Pancar, tapi kami tetap fokus dan khusyu sambil clingak-clinguk di jalan, karena baru pertama kali mencari objek wisata Leuwi Hejo yang ternyata sebagian orang yang kami temui di jalan tidak begitu mengenalnya, perjalanan begitu mantap ketika jalan yang kami lalui menuju leuwi hejo tidak semulus yang dikira, jalannya cukup rusak, sambil berhati-hati Om Aim mengemudikan Angkotnya, dan sesekali kami kaum pria harus turun bila menemui jalan menanjak, apalagi ketika kami melewati sebuah jembatan besi yang masih beralaskan balok kayu, hampir saja Angkot selip.



Hamdalah, akhirnya kami sampai juga diparkiran pintu masuk menuju lokasi, sambil melihat spanduk di pintu masuk, ternyata di Leuwi Hejo adalah sebuah air terjun atau Curug yang bernama Curug Bengkok, dan ada juga Curug yang lain yang bernama Curug Barong, wah….tambah penasaran nich….sambil menunggu Om Aim memarkirkan Angkotnya di depan sebuah mesjid, karena mobil tidak bisa masuk ke lokasi dan hanya motor saja, ternyata dari parkiran mobil kita harus berjalan sekitar kurang lebih 600 meter, melewati jalan tanah dan setapak berbatu, dengan ditemani pemandangan kawasan lereng bukit perkebunan kopi  yang dibawahnya terhampar sawah dan kebun milik penduduk, sungai yang termasuk Leuwi Hejo sudah terlihat. 
Aliran sungai di Leuwi Hejo
Jalan menuju Leuwi Hejo


Sampai di parkiran motor, kami di cegat seorang pemuda yang diklaimnya sebagai pengelola di tempat itu, sambil menanyakan berapa banyak anggota rombongan kami,beliau meminta pembayaran karcis sebesar Rp.10.000, kami menjelaskan bukannya hanya sebesar Rp.5.000 saja, tapi beliau menampik bahwa Rp.10.000 untuk dua kali kunjungan termasuk yaitu leuwi hejo dan Curug Barong, sambil terus menawar dan menanyakan karcis masuk akhirnya beliau meluruskan harga dan beralasan karcis sedang diurus, sebenarnya menurut informasi warga yang kami temui di pintu masuk, karcis hanya Rp.5.000 rupiah, itu pun belum resmi, mudah-mudahan penghasilan yang didapat dipergunakan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana di tempat wisata tesebut.

Ransum Makan Siang


Makan Siang di Leuwi Hejo



Sungai di Leuwi Hejo
Setelah membayar untuk masuk, kami harus berjalan dahulu menyeberangi dan menyusuri pinggiran sungai, sungai ini bernama sungai Cileungsi menurut Bapak yang kami tanyakan saat bertemu diparkiran, konon katanya berasal dari aliran sungai daerah Cisadon Megamendung…Wallahuallam…., dengan pemandangan yang menakjubkan, air yang sangat jernih, serta bebatuan  alam yang bentuknya beraneka ragam uniknya, tapi hati-hati ketika anda berjalan menuju lokasi karena harus menyeberangi sungai dengan air cukup deras, dan batuan yang licin, apalagi melewati jembatan darurat yang dibuat oleh penduduk, tapi semua tantangan itu sirna ketika kami sampai  lokasi. 


Leuwi Hejo sangat indah, dengan posisi diapit tebing batuan alam, Air dari Curug Bengkok yang mengalir cukup deras, karena dalamnya, air menjadi berwarna kehijaun-hijauan, karena itulah disebut leuwi hejo karena leuwi berasal dari kata lubuk yang berarti cekungan bagian terdalam dari sungai yang berwarna kehijauan, disekitar leuwi banyak pengunjung yang berenang, dan ada beberapa loncat dari tebing dari pinggiran bibir Curug Bengkok seperti yang dilakukan oleh Kang Elan, eit…..hampir lupa menikmati ransum makan siang dan tak lupa jeprat-jepret sana sini sebagai kenang-kenangan, setelah adzan Dzuhur kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Barong. Hampir lupa…..jangan buang sampah sembarangan yach………!!

Berendam di sungai Leuwi Hejo
Aliran deras sungai Leuwi Hejo